feature news

Perubahan Besar Tim Nasional Italia di Era Mancini

Janggal memandang Piala Dunia 2018 tanpa Tim Nasional Italia. Kampiun empat kali kejuaraan sepakbola paling masyhur selanjutnya gagal lolos untuk pertama kalinya sejak 1958. Banyak pihak menyebut penyebabnya adalah sang juru taktik, Gian Piero Ventura. Saking malunya, Presiden Federasi Sepakbola Italia (FIGC) pas itu, Carlo Tavecchio, mengundurkan diri.

Gabriele Gravina jadi pengganti Tavecchio dan langsung mempunyai perubahan besar. Roberto Mancini ditunjuk sebagai pelatih kepala dan diberi mandat untuk meloloskan Gli Azzurri ke kejuaraan Euro 2020. Itu syarat utama kesepakatan awal perpanjangan kontraknya.

Impresi awal yang dibawa Mancini keluar ideal. Empat hari sesudah penunjukannya, Italia menang atas Arab Saudi di laga persahabatan. Tetapi, seutuhnya jadi tidak baik di lima pertandingan selanjutnya. Italia gagal menggapai kemenangan.

Kesabaran Gravina untuk tidak memecat Mancini akhirnya jadi tampak menghasilkan hasil yang sesuai bersama tujuan. Italia sukses lolos ke Euro 2020 dengan poin prima dari 10 pertandingan kualifikasi. Mereka menjadi negara ketujuh sepanjang sejarah yang sanggup lolos ke Euro bersama rekor tak terkalahkan di babak kualifikasi setelah Perancis (1992, 2004), Republik Ceko (2000), Spanyol (2012), Jerman (2012), Inggris (2016), dan Belgia (2020).

Mancini merupakan pelatih paling baik Gli Azzurri didalam 50 tahun paling akhir terkecuali hanya mengkalkulasi 22 pertandingan pertamanya (15 menang. lima imbang, dua kalah). Apabila hasil 22 laga selanjutnya dikonversi jadi poin sebagaimana di liga-liga top Eropa, Mancini sudah menghimpun 50 poin, lebih banyak tiga angka dari yang pernah diraih oleh pelatih legendaris Gli Azzurri, Arrigo Sacchi (47 poin).

Mancini kini udah menukangi Italia sebanyak 26 kali, mencapai 17 kemenangan, tujuh hasil seri, serta baru dua kali kalah. Kini mereka tidak tersentuh kekalahan dalam 21 pertandingan terakhir, menyusul kemenangan 2-0 atas Polandia di UEFA Nations League 2020, Senin (16/11). Sembilan laga ulang tak terkalahkan, Mancini dapat menyamai rekor pelatih yang memberikan Italia gelar Piala Dunia 1934 & 1938, Vittorio Pozzo.

Komposisi Tim Mumpuni

roberto mancini
roberto mancini

Salah satu kunci kesuksesan Italia arahan Mancini adalah kedalaman skuad yang mumpuni. Sejak berakhirnya masa skuad pemenang Piala Dunia 2006, Italia mempunyai banyak opsi pemain berkwalitas di tim utama.

Dari lini serang, terdapat Ciro Immobile dan Andrea Belotti. Kedua pemain selanjutnya terlalu berkelanjutan kecuali melihat torehan gol didalam dua th. terakhir. Immobile lebih-lebih menyabet European Golden Boot musim 2019/20 dengan catatan 36 gol di ajang liga, menjadikannya sebagai pemain ketiga asal Italia yang pernah capai gelar selanjutnya (Francesco Totti & Luca Toni).

Mancini terhitung dikelilingi gelandang kreatif kelas atas. Ada nama Jorginho, Marco Verratti, Nicolo Barella, Lorenzo Insigne, hingga bintang muda Juventus, Federico Chiesa. Sedangkan lini pertahanan perlahan terlepas berasal dari bayang-bayang duo Bonucci-Chiellini. Alessio Romagnoli dan Francesco Acerbi tampil solid.

Ketika memilih penjaga gawang, Italia termasuk tidak wajib khawatir. Empat penjaga gawang mereka saat ini, Alex Meret (Napoli), Gianluigi Donnarumma (AC Milan), Alessio Cragno (Cagliari), dan Salvatore Sirigu (Torino) merupakan pilihan utama di tiap-tiap klub.

Pun, para penggawa muda tak luput berasal dari mata Mancini. Dalam daftar 29 pemain yang dipanggil Mancini di dua matchday terakhir Kualifikasi Euro terhadap 2019 silam, hanya 11 pemain yang berumur lebih berasal dari 25 tahun.

Gelandang 20 tahun, Sandro Tonali, merupakan nama yang kerap dipanggil usai mampu mempunyai Brescia promosi ke Serie A 2019/20 dan tukar ke AC Milan musim panas lalu. Belum kembali bek utama Inter Milan berusia 21 tahun, Alessandro Bastoni, dan Manuel Locatelli yang tengah on fire bersama Sassuolo. Perlu diingat juga, Gianluigi Donnarumma hanya setahun lebih tua berasal dari Tonali.

Paling penting adalah skuad Italia konsisten berkembang dan dewasa di dalam dua th. terakhir. Sebagai contoh, kemenangan atas Polandia, Senin (16/11) memperlihatkan Italia miliki skuad merata. Jelang pertandingan, 13 pemain dari keseluruhan 41 daftar pemain dicoret sebab positif COVID-19. Pemain macam Ciro Immobile, Federico Chiesa, hingga Cristiano Biraghi dipulangkan ke klub masing-masing.

Terlebih, didalam laga tersebut Mancini tidak berada di tepi lapangan sebab meniti karantina mandiri. Asistennya, Alberico Evani menukar peran Mancini bersama dengan apik dan menuturkan luar kebanyakan skuad mereka kala ini.

“Sudah kultur kami ketika keadaan sukar singgah kita bersatu. Para pemain benar-benar luar biasa. Mereka berkembang dan bermain seperti veteran,” sebut Evani.

Dia menambahkan, “Kami udah bekerja dengan sepanjang dua th. terakhir, perkembangan jadi perihal terpenting, tapi kita tetap berharap mampu melakukan lebih. Untuk capai level paling baik kami wajib melangkah maju, tetapi percaya kepada skuad ini memberi kami harapan.”

Kebangkitan Italia di bawah wejangan Mancini tetap berlanjut. Dia melepas Gli Azzurri berasal dari kegelapan era Ventura bersama para pemain berbakatnya. Meski taktik 4-3-3 yang diusung bukan hal baru, tim kelihatan gampang sadar apa yang diperlukan di tiap laga.

Kamis (19/11) besok, Italia akan menghadapi halangan paling akhir fase grup UEFA Nations League 2020. Gli Azzurri yang pas ini memuncaki Grup 1 Liga A hanya kudu memperoleh hasil yang sama dengan Belanda untuk lolos ke babak semifinal. Tetapi, Bosnia & Herzegovina bukan lawan yang enteng. Dalam duel pertama, Italia ditahan imbang.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button